Cara Merawat Gigi

Hasil gambar untuk gigi sehat animasi

Hasil gambar untuk merawat gigi

Gambar terkait

Sudah menyikat gigi dua kali sehari, tapi masalah gigi dan gusi masih sering terjadi? Barangkali cara Anda menyikat gigi masih belum tepat. Berikut ini adalah beberapa poin yang dapat menjadi panduan.

Jadikan bagian dari rutinitas

Jadikan menggosok gigi sebagai bagian dari rutinitas wajib, setelah makan atau setidaknya pagi dan malam sebelum tidur.

Jangan terlalu sering

Menggosok gigi 2-3 kali sehari sebagai cara merawat gigi adalah jumlah yang ideal. Tetapi menggosok gigi lebih dari 3 kali sehari dapat merusak email gigi dan membahayakan gusi.

Tidak terlalu kuat

Selain terlalu sering, menggosok gigi terlalu kencang juga berisiko merusak gigi dan gusi. Agar dapat mengontrol pergerakan sikat dengan lebih baik, pegang gagang sikat seperti Anda memegang pensil, bukan dengan tangan mengepal.

Tidak buru-buru

Agar penyikatan gigi dapat dilakukan dengan lebih seksama, beri waktu setidaknya 30 detik untuk menyikat tiap sisi deretan gigi: samping kanan, samping kiri, dan bagian depan.

Teknik yang baik

Pegang sikat Anda pada sudut 45 derajat dari gusi dan gerakkan sikat dari kanan ke kiri berulang kali di sepanjang gigi. Sikat permukaan gigi bagian luar dan dalam, serta geraham belakang.

Sikat juga lidah dan sisi dalam pipi

Selain pada permukaan gigi, bakteri juga terdapat pada lidah dan sisi dalam kanan kiri pipi. Sikat juga bagian ini dengan lembut secara teratur untuk mengurangi bau napas tidak sedap. Beberapa merek menyediakan alat khusus untuk membersihkan lidah.

Berkumur

Berkumurlah dengan air bersih tiap setelah selesai menggosok tiap bagian. Mengakhirinya dengan obat kumur antiseptik akan makin menunjang kebersihan mulut dan kesegaran bau napas.Memilih serta menggunakan pasta gigi dan sikat gigi yang tepat juga menjadi kunci kesehatan gigi dan gusi. Gigi dan gusi yang tidak sehat bisa menjadi faktor pendukung terhadap berkembangnya masalah kesehatan lain, seperti diabetes dan sakit jantung.

 

sumber: alodokter.com

Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Seiring dengan tingkat perkembangan pola kehidupan (tingkat kesejahteraan) di Indonesia, pola penyakit mengalami transisi epidemiologi, dengan ditandai beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Sekaligus juga menghadapi penyakit-penyakit yang muncul kembali seperti HIV/AIDS, TB dan Malaria.

Perubahan pola penyakit ini sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, perubahan prilaku, transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.

Dengan demikian Pembangunan bidang kesehatan saat ini dihadapkan pada triple burden (Penyakit Menular, Penyakit Tdak Menular dan Re-emerging diseases.

Khusus Penyakit Tdak menular (PTM) yang meliputi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD), Diabetes Melitus (DM), Penyakit Kronis dan penyakit degenerative lainya, Kanker, serta Cedera dan Tindak Kekerasan, maka kelompok masyarakat yang terpapar mayoritas adalah : Usia produktif, yang sangat diperlukan (oleh keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara) sebagai SDM yang menanggung beban biaya hidup dan melahirkan generasi penerus yang tangguh.

Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan :

  • Proporsi kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia meningkat dari 41,4% pada tahun 2005 menjadi 59,5% pada tahun 2007.
  • Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia seperti : hipertensi 31,7%, penyakit sendi 30,3%, cedera lalu lintas darat 25,9%, penyakit jantung 7,2%, asma 3,5%, DM 1,1%, stroke 8,3% dan kanker/tumor 4,3%.

PTM berpotensi besar menghambat pertumbuhan ekonomi dan pencapaian target MDGs karena tingginya beban biaya yang dibutuhkan untuk mengobati PTM. Oleh karena itu PTM perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah disemua tingkat, dengan prioritas utama adalah upaya pencegahan dan pengendalian PTM.

Kebijakan dan strategi PPTM tergantung dari kebijakan dan strategi masing-masing daerah termasuk penerapannya, dengan didasari sbb :

  1. Mengembangkan dan memperkuat program pencegahan dan pengendalian faktor risiko (FR) PTM.
  2. Mengembangkan dan memperkuat deteksi dini FR-PTM.
  3. Meningkatkan dan memperkuat manajemen, ekuitas dan kualitas peralatan untuk deteksi dini FR-PTM.
  4. Meningkatkan profesionalisme SDM dalam pencegahan dan pengendalian FR-PTM.
  5. Mengembangkan dan memperkuat system surveilans epidemiologis FR-PTM.
  6. Meningkatkan pemantauan program pencegahan dan pengendalian FR-PTM.
  7. Mengembangkan dan memperkuat pencegahan dan pengelolaan system informasi PTM.
  8. Mengembangkan dan memperkuat jaringan untuk pencegahan dan pengendalian FR-PTM.
  9. Meningkatkan advokasi dan diseminasi pencegahan dan pengendalian FR-PTM.
  10. Mengembangkan dan memperkuat system pendanaan pencegahan dan pengendalian FR-PTM.

Strategi Pengendalian PTM, meliputi :

  1. Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian factor risiko PTM melalui program yang berbasis masyarakat, seperti Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu PTM)
  2. Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat untuk deteksi dini dan tindak lanjut dini factor risiko PTM terintegrasi.
  3. Meningkatkan tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien.
  4. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan PTM.
  5. Mengembangkan penelitian dan pengembangan kesehatan terkait PTM.
  6. Mengembangkan dan memperkuat system surveilans epidemiologi factor risiko PTM termasuk monitoring dan system informasi. Dioptimalkan untuk surveilans factor risiko PTM berbasis masyarakat dan registry PTM.
  7. Meningkatkan dukungan dana yang efektif untuk pencegahan dan pengen dalian PTM berdasarkan kebutuhan dan prioritas.

Kegiatan pokok pengendalian PTM, meliputi :

  1. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal pencegahan dan penanggulangan PTM di unit pelaksana teknis (UPT), Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/kota dan Puskesmas.
  2. Advokasi PPTM kepada pemerintah (Pusat dan Daerah) secara intensif dan efektif denagn focus pesan “Dampak PTM (ancaman) terhadap pertumbuhan ekonomi Negara/Pemerintah.
  3. Surveilans factor risiko dan registry PTM yang mampu laksana dan didukung regulasi memadai dan menjamin ketersediaan “evidence based” untuk advokasi kepada penentu kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan program PTM prioritas.
  4. Promosi kesehatan dan perlindungan “population at risk” PTM yang efektif dan didukung regulasi memadai melalui “Health in All Policy” untuk menjamin pelaksanaan secara terintegratif melalui “triple Acs´(active cities, active community and active citizens) dengan kerjasama lintas program, kemitraan lintas sector, pemberdayaan swasta/industry dan kelompok masyarakat madani.
  5. Deteksi dan tindak lanjut dini PTM secara terintegrasi dan focus pada factor risikonya, melalui “Community Base Intervension and Development”, yang didukung oleh sistim rujukan dan regulasi memadai, dengan kerja sama lintas profesi dan keilmuan, lintas program, kemitraan lintas sector, pemberdayaan swasta/industry dan kelompok masyarakat madani.
  6. Tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efesien, yang didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistim rujukan, jaminan pembiayaan dan regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan factor risiko terhadap tatalaksana pengobatan baik ditingkat pelayanan kesehatan primer, sekunder maupun tertier.
  7. Jejaring kerja dan kemitraan PPTM yang terdiri sub jejaring survailans, promosi kesehatan dan manajemen upaya kesehatan, baik ditingkat pusat maupun Daerah.
  8. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang menjamin ketersediaan informasi insiden dan prevalensi PTM dan determinannya, yang menghasilkan teknolagi intervensi kesehatan masyarakat/pengobatan/rehabilitasi dalam bentuk “best Practice”, dan intervensi kebijahan yang diperlukan.

 

Prioritas saat ini dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan kejadian tertinggi, sbb :

  1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dengan prioritas spesifik : PJK, Hipertensi dan Stroke.
  2. Diabetes Mellitus (DM)
  3. Penyakit Kronis dan Penyakit Degeneratif lainnya, dengan prioritas spesifik : Asma, PPOK, dan SLE.
  4. Kanker, dengan prioritas spsifik adalah : Kanker Leher Rahim (Ca Cervix), Kanker Payudara, Kanker pada anak (leukimia, retinoblastoma, Osteosarkoma, Neuroblastoma, Limfoma Malignan, Karsinoma Nasofaring).
  5. Cedera dan Tindak Kekerasan, dengan prioritas spesifik : KLLJ, Tindak Kekerasan, Jatuh, Tenggelam, Keracunan, Terbakar (Sengatan Listrik), Gigitan Binatang (Gigitan Ular).

sumber: primaquality.com

Pencegahan Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Gambar terkait

Hasil gambar untuk pencegahan penyakin menular

Pencegahan Penyakit Menular

Penghapushamaan (Dekontaminasi) dan Deisinfeksi Kandang serta Peralatan

Dekontaminasi didefinisikan sebagai proses fisik untuk menghilangkan bahan-bahan biologis dan anorganik dari permukaan suatu bangunan, termasuk kandang dan peralatan. Sedangkan desinfeksi merupakan proses penghancuran organisme patogenik. Jadi dekontaminasi yang menyeluruh digunakan untuk mencapai desinfeksi yang efektif. Dekontaminasi merupakan upaya untuk membersihkan seluruh bagian kandang dan peralatan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan jalan mencuci bersih menggunakan deterjen atau dengan mengapur dinding kandang sebagai persiapan desinfeksi kandang dan peralatan.

 

Desinfektan dan Antiseptika

Desinfektan adalah preparat kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme, khususnya mikroorganisme yang membahayakan. Preparat ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Desinfektan digunakan untuk barang-barang tak hidup, misal : ruang operasi, kandang alat-alat operasi dan sebagainya.

Antiseptika adalah semua senyawa yang dapat membunuh atau mencegah perkembangan mikroorganisme. Antiseptika biasanya digunakan untuk jaringan hidup. Konsentrasi antiseptika biasanya rendah, guna menghindari kerusakan jaringan. Kadar antiseptika yang tinggi dapat membunuh sel-sel bakteri maupun jaringan hidup yang terkena. Konsentrasi antiseptika yang rendah hanya cukup untuk menghambat perkembangbiakan jasad renik, sehingga bersifat bakteriostatik.

 

Vaksin dan Vaksinasi

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.

Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan.

Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lainadalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.

Baik vaksin hidup maupun vaksin mati memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihannya vaksin hidup merupakan kekurangannya vaksin mati dan sebaliknya kekurangannya vaksin hidup merupakan kelebihannya vaksin mati.

 

Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.

Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur dan buah serta tidak merokok. Dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2014 diharapkan rumah tangga di Indonesia melaksanakan PHBS di Rumah Tangga sebesar 70%.

 

Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Faktor Risiko PTM

Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.

Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM

Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang mempunyai faktor resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan saluran napas kronis.

Tujuan

Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.

 

Bagaimana caranya ?

Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :

  • Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun Propinsi dan Kabupaten.
  • Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
  • Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
  • Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT) PTM.
  • Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun local spesifik.

 

Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.

Sasaran

  • Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
  • Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
  • Organisasi profesi yang ada.
  • Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.

 

Landasan Hukum

Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum yang sudah ada secara Nasional yaitu :

  1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
  2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
  3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang         Nasional.
  4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
  5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
  6. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Tata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
  7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
  8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun 2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.
  9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaaan Masyarakat.
  10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 004/MENKES/SK/XI/2003 tentang Sistem Tugas dan Organisasi Departemen Kesehatan.
  11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
  12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.

 

 

Kebijakan

Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media Massa, dunia usaha/swasta.

Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population).

  • Penanggulangan PTM PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.
  • Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta.
  • Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
  • Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga professional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
  • Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.

 

Strategi

Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.

Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat? 3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, local spesifik dsb.

  • Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan.
  • Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri

masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.

  • Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM

yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan

lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.

  • Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam penanggulangan PTM.

Indikator

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :

 

Indikator Umum

  • Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
  • Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
  • Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
  • Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.

 

Indikator Khusus

  • Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).
  • Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.
  • Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.
  • Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
  • Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.
  • Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.

 

Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.

 

sumber: delfistefani.wordpress.com

Kesehatan Gizi Ibu dan Anak

Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, dan trasportasi. Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan, kecuali bayi usia 1-4 bulan hanya cukup mengkonsumsi ASI saja. Karena ASI merupakan makanan yang paling penting dalam proses tumbuh kembang bayi.

Makanan dan Gizi Seimbang Bagi Ibu Hamil

Makanan dan gizi seimbang merupakan makanan yang cukup mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Makanan ibu sebelum dan selama kehamilan berperan penting dalam ketersediaan asam lemak esensial pada simpanan jaringan lemak ibu. Jenis asam lemak seperti asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6.

Hal-hal yang harus dihindari dalam menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil dalam mengatur asupan atau menu makanan antara lain:

Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, serta makanan yang tidak segar.

Sebaiknya makan dengan teratur untuk menjaga tubuh agar janin yang ada dalam kandungan dapat menyerap makanan dari ibunya.

Makanan yang mengandung banyak nutrisi dengan membeli dan memilih makanan yang segar dan bergizi.

Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas seperti sawi, kol, kubis, dll.

Contoh menu makanan sehari-hari bagi ibu hamil

Bahan Makanan Pori Hidanag Sehari Jenis Hidangan
Nasi 5 + 1 porsi Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sehari (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkuk, dan

buah 1 potong sedang

Sayuran 3 mangkuk Makan selingan: susu 1 gelas, dan buah 1 potong sedang
Buah 4 potong Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama seperti makan pagi.
Tempe 3 potong Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong
Daging 3 potong Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram), dengan lauk, sayur, dan buah samadengan pagi/siang.
Susu 2 gelas Makan selingan: susu 1 gelas.
Minyak 5 sendok teh
Gula Sendok teh

Nutrisi pada Ibu  Hamil

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi nutrisi ibu hamil yaitu:

Ibu harus makan teratur tiga kali sehari.

Hidangan harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang terdiri dari: makanan pokok,lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan serta diusahakan minum susu 1 gelas sehari.

Menggunakan anekaragam makanan yang ada.

Memilih bahan makanan yang segar

Faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

  • Umur
  • Berat badan
  • Suhu lingkungan
  • Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang zat gizi dalam makanan
  • Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan
  • Aktivitas
  • Status kesehatan
  • Status ekonomi

Dampak Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil

    Dampak yang akan terjadi jika ibu mengalami kekurangan gizi saat hamil bisa menyebabkan seperti:

Anemia gizi besi

Kekurangan zat besi banyak terjadi di Indonesia sehingga ibu hamil di sarankan agar mengkonsumsi tambahan zat besi atau makanan yang mengandung zat besi seperti hati ayam, dll.

Kenaikan berat badan yang rendah selama hamil

Rata-rata kenaikan berat badan selama hamil 12-14 kg. Bila ibu hamil kurang gizi kenaikan berat badan hanya 7-8 kg berakibat melahirkan bayi BBLR.

Ngidam dan mual mutah selama kehamilan (hiperemisis garvidarum)

Hiperemisis garvidarum adalah komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan. Namun, biasanya terjadi hanya pada saat awal-awal kehamilan saat kebutuhan gizi janin belum terlalu besar.

Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil

Kebutuhan energi

Kebutuhan energi bagi ibu hamil tergantung pada BB sebelum hamil dan pertambahan BB selama kehamilan, karena adanya peningkatan basal metabolisme dan pertumbuhan janin pada trimester II dan III. Penambahan jumlah kalori sebesar 285-300 kalori perhari. Pada kehamilan akhir dibutuhkan sekitar 80.000 kalori. Pada trimester I energi lebih sedikit di butuhkan. Pada trimester II energi dibutuhkan untuk penambahan darah, perkembangan uterus, pertumbuhan massa payudara, dan penimbunan lemak. Sedangkan trimester III energi dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Protein

Penambahan protein untuk pertumbuhan janin, uterus, jaringan payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi. 2/3 merupakan protein hewani serta protein nabati. Protein yang dikonsumsi sebanyak 12 gram perhari.

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Karbohidrat juga meningkatkan asupan serat serta mencegah terjadinya konstipasi.

Vitamin dan mineral

Vitamin B6 dan vitamin B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah. Selain itu, vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolisme asam amino.Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya rupture membran. Sedangkan vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan sel jaringan, pertumbuhan gizi, dan pertumbuhan tulang, penting untuk mata, rambut serta mencegah kelainan bawaan.

 

sumber: perawatilmiah.com

tips cara memerahkan bibir

5-cara-mendapatkan-bibir-merah-alami

 

hai,, hai….  kali ini gue ngeshare tips cara alami memerahkan bibir

jadi buat kalian yang merasa bibir hitam bisa mencoba tips ini.

so let’s check it out…!!!

 

11 Cara Alami Memerahkan Bibir yang Hitam

Kesehatan Mulut Cara Alami Memerahkan Bibir Hitam dengan Cepat. Kecantikan alami yang terpancar dari wajah anda merupakan hal yang sangat baik untuk dijadikan penunjang penampilan yang baik. Kulit yang berseri serta halus dan ditunjang dengan bibir merah akan memberikan kesatuan kecantikan yang sangat sempurna.

 

Namun terkadang bibir yang hitam menjadi masalah bagi sempurnanya kecantikan anda. Biasanya hal tersebut disebabkan oleh faktor penyakit dan juga kosmetik lipstick yang memberikan efek samping yang kurang baik, paparan sinar matahari, rokok, sering menggigit bibir dan kafein.

    Cara Cepat Memerahkan Bibir Hitam Secara Alami    

cara cepat memerahkan bibir hitam secara alami
cara cepat memerahkan bibir hitam secara alami

Jika anda salah satu orang yang memiliki masalah bibir hitam, maka jangan tunggu lagi untuk segera memberikan perawatan dan pengobatan. Namun tetaplah untuk  menggunakan cara yang alami yaitu dengan cara aman dan juga terjangkau. Setelah mengetahui point – point yang dapat menyebabkan bibir hitam. Maka selanjutnya anda harus membaca beberapa cara memerahkan bibir yang hitam tanpa bahan kimia, yang telah kami lansir dari berbagai sumber.

 

 1  Jeruk Nipis

Secara umum telah diketahui bahwa jeruk nipis sangat berkhasiat dalam memutihkan sesuatu. Begitupula khasiatnya dalam memulihkan bibir yang hitam. Anda bisa mencampurkan air mendidih dengan jeruk nipis serta madu serta mengoleskannya pada bibir anda. Bibir anda bisa dibilas dengan air hangat setelah dioleskan dengan campuran tadi. Jika anda melaksanakan nya dengan rutin maka akan sangat baik dalam membantu anda memerahkan kembali bibir yang telah hitam.

 

 2  Madu

Selain jeruk madu juga memiliki fungsi yang sangat baik dalam memerahkan bibir anda. Madu sangat berkhasiat dalam memelihara sel-sel pada bibir, jika dioleskan sebelum tidur ia akan menyerap dan mengembalikan keremajaan sel bibir anda. Upayakan untuk menggunakannya setiap malam guna mengembalikan kecantikan bibir merah anda.

 

 3  Kunyit

Buatlah pasta dengan campuran kunyit dan juga sesendok teh susu. Jika pasta telah jadi, anda bisa mengoleskan pasta tersebut pada bibir anda.

 

 4  Air Mawar

Air mawar merupakan salah satu alternative terbaik dalam memerahkan bibir anda. Oleh karena itu sama halnya dengan pasta kunyit anda bisa mengoleskan air mawar pada bibir anda yang hitam.

 

 5  Daun Ketumbar

Daun ketumbar berkhasiat memudarkan warna gelap pada bibir anda. JIka anda menghaluskan daun ketumbar maka campurkanlah dengan air dan oleskan pada bibir. Jangan lupa membilasnya dengan air hangat dan lakukanlah secara rutin.

 

 6  Minyak Almond

Salah satu penyebab menghitamnya bibir anda ialah karena kurangnya kelembaban pada bibir. Minyak almond merupakan salah satu bahan yang sangat baik dalam mengembalikan kelembaban bibir yang nantinya bisa mempengaruhi warna bibir yang hitam menjadi merah kembali.

 

 7  Gliserin

Anda bisa memijat bibir anda dengan menggunakan gilserin sehingga bibir merah yang anda harapkan akan kembali sedikit demi sedikit. Gilserin merupakan salah satu bahan yang bisa memerahkan bibir yang biasanya tercampur dalam kosmetik.

 

 

 8  Mentega

Mentega mengandung banyak sekali minyak yang bisa membantu mengembalikan kelembaban minyak. Oleh karena itu mentega juga bisa anda gunakan untuk memerahkan bibir anda yang hitam Karena kering.

9  Yoghurt

Anda bisa mencampur yoghurt, madu, serta yogurt dan bisa digunakan untuk mengoleskan nya pada bibir anda.

 

 10  Scrub Gula dan Lemon

Sel kulit mati juga menjadi penyebab bibir anda menghitam, anda bisa membuat scrub gula dan lemon untuk dioleskan pada bibir yang bisa mengangkat sel kulit mati anda. Sel kulit mati akan snagat cepat terangkat dengan ramuan scrub tersebut.

 

 11  Alpukat

Jika beberapa bahan diatas tidak bisa anda dapatkan anda juga bisa menggunakan alpukat. Campurkan 50 gram alpukat yang sudah dihancurkan, serta 2-3 tetes minyak zaitun. Gunakan campuran tersebut untuk memijat-mijat bibir anda dan berikanlah air hangat untuk  membilasnya.

 

 

 

nah itulah beberapa tips yang bisa kalian coba dirumah
semoga dapat bermanfaat ^^

………………………….see you………………………………..

 

Gambar terkait

 

Hasil gambar untuk bibir merah alami

Gambar terkait